Tolong rasakan,
rasakan sedetik saja menjadi diriku
saat mataku sampai tidak mampu mengeluarkan air mata melihatmu menghampirinya.
rasakan sedetik saja
ketika bibirku tak mampu berucap ketika ingin menyapa saat tangannya merengkuh pundakmu.
rasakan sedetik saja
ketika mulut ini ingin berteriak namun hati tercekik lantas tak mampu memerintah
rasakan sedetik saja
saat kaki ini ingin merangkak mengejar kau dan dia yang terbang
saat tangan ingin meraih namun kau sudah duduk bersanding lalu menjauh
rasakan sedetik saja, tolong
saat hati lemah ini terombang-ambingkan badai saat kau sedang beratap sama dengannya
tolong, rasakan
tolong,
saat kaki ini lumpuh hanya mampu menunggu dan sepasang kakimu dan dia melangkah bersama
rasakan sedetik saja, tolong
saat perut ini bahkan tidak berisi angin sama sekali, sedang kau dan dia duduk di meja yang sama
tolong rasakan,
saat mata ini kosong, layu, sembab, air matapun enggan lagi menyambangi
saat senyumu dan dia merekah seperti cakrawala yang menghangatkan kalian
tolong rasakan sedetik saja
saat telinga ini tak mampu lagi mendengar suara angin setipis harapan
sedang keras terdengar tawa penuh harap kalian
tolong rasakan sedetik saja jika kau mampu
jika ternyata, aku adalah lelakimu
sedangkan kau nikmati hari, hari, hari bersamanya
tolong rasakan sedetik saja sakit yang kurasa, sakit yang tidak ingin kau tumbuhkan dihatiku, namun kau biarkan menggerogotiku
tolong rasakan detik yang terakhir ini, saat mata ini akhirnya terpejam tanpa mampu terbuka lagi, saat telinga ini akhirnya tak mampu benar-benar mendengar, saat mulut sayup ini sudah benar pecah terkunci, saat semua tubuh ini tak mampu bergerak, hanya hati yang lemah berdetak masih tetap menanti.
langit senja berjuta warna lantas bertanya,
apakah saat itu kau akan meninggalkannya
atau
apakah saat itu kau akan benar-benar mencintainya?
entah berantah hampir mati
21 April 2015
teruntuk wanita yang meragukan rasa hingga
ia terjebak dalam kebingungan dan kedustaan